PRDM_6_2022- Ciri-Ciri Ahlul Sunnah Wal Jamaah.docx. PRDM_6_2022 - Ciri-Ciri Ahlul Sunnah Wal Jamaah.docx. Breaking News. Masjid Al Badr Di Pulau Pangkor Indah Dengan Gelaran Masjid Seribu Selawat; Harapan Belanda Di Pulau Pangkor (1670) Dihancurkan Semangat Melayu (1690) Search for.
Kita sering mendengar kata masjid dan musholla. Keduanya merupakan tempat bagi umat Islam untuk melaksanakan shalat. Namun, apakah perbedaannya?Merujuk pada Fatawa Munawwa’ah Syaikh Abdul Aziz Ar Rajihi , 9/16, Asy Syamilah, perbedaan masjid dan musholla adalah sebagai Berdasarkan PengertianKata masjid berasal dari kata sajada bahasa Arab yang mengandung arti bersujud. Dengan demikian, masjid merupakan tempat untuk masjid kemudian mengalami perluasan makna yaitu sebagai tempat bagi umat Islam melaksanakan masjid dalam arti luas tersebut senada dengan pengertian masjid menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang menyatakan bahwa masjid adalah rumah atau bangunan tempat bersembahyang orang pengertian musholla atau musala atau langgar atau surau menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai tempat shalat. Musholla atau musala juga diartikan sebagai tikar shalat atau Berdasarkan Ciri-ciriMasjid sebagai tempat ibadah bagi umat Islam memiliki ciri-ciri sebagai didirikannya shalat fardhu atau shalat wajib secara terus menerusBerdiri di atas lahan yang permanenLahan yang digunakan sebagai masjid merupakan lahan waqafMemiliki imam tetapBerlaku hukum musholla memiliki ciri-ciri sebagai hanya sebagai tempat shalatMusholla umumnya merupakan bagian dari sebuah bangunan seperti rumah, sekolah, perkantoran, atau fasilitas umum lainnyaShalat fardhu atau shalat wajib tidak dikerjakan secara terus menerusTidak memiliki imam tetapTidak berlaku hukum Berdasarkan Hukum Masjid yang dimilikiMerujuk ciri-ciri yang disebutkan di atas, dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan terkait hukum masjid yang masjid yang memiliki ciri-ciri di atas berlaku hukum-hukum atau adab di dalam masjid antara lain sebagai ketika menuju masjidBerdoa ketika memasuki masjid dengan mendahulukan kaki kanan sesuai adab masuk masjid dalam IslamMengucapkan salam kepada jamaah yang ada didalamnyaBerdoa ketika keluar dari masjid dengan mendahulukan kaki kiriShalat tahiyatul masjid yaitu salah satu shalat sunnah dalam IslamMenjauhkan diri dari bau yang tak sedapMenjaga kebersihan dan kesucian masjidTidak menghunus senjata di dalam masjidTidak lalu-lalang di hadapan orang yang sedang shalatTidak menerapkan hukum had dan qishash di masjidTidak mengeraskan suara di masjidTidak mengadakan jual beli di masjidTidak mencari atau mengumumkan barang yang hilangTidak memasukkan atau membawa gambar dan buku-buku yang bergambar ke dalam masjidIkhtilat di dalam masjidTidak memakai wangi-wangian khusus bagi perempuanTidak memakai pakaian yang dapat mengganggu kekhusyukan ibadahTidak membawa syair-syair di dalam masjidTidak membicarakan sesuatu yang tidak ada musholla, tidak berlaku hukum-hukum masjid sebagaimana disebutkan di a’lam. Tags masjid, musholla
Pengertiandan Ciri Umum Tasawuf. Al-quran dan as-sunnah adalah nash. Setiap muslim kapan dan dimana pun di tanggung jawab untuk memeahami dan melaksanakan kandungannya dalam bentuk amalan yang nyata.sumber-sumber tasawuf adalah ajaran-ajaran islam, sebab tasawuf ditimba dari Al-Quran,As-Sunnah, dan amalan-amalan serta ucapan para sahabat.Al
Jakarta - Syarat menjadi imam sholat berjamaah perlu dipenuhi sebab seorang imam harus mampu memimpin para makmumnya. Rasulullah SAW pernah menjelaskan syaratnya dalam beberapa salah satunya,قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللهِ فَإِنْ كَانُوا فِي الْقِرَائَةِ سَوَاءً فَأَعْلَمُهُمْ بِالسُّنَّةِ فَإِنْ كَانُوا فِي السُّنَّةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً فَإِنْ كَانُوا فِي الْهِجْرَةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ سِلْمًا، وَ فِي رِوَايَةٍ سِنًّا، وَلاَ يَؤُمَّنَّ الرَّجُلُ الرَّجُلَ فِي سُلْطَانِهِ وَلاَ يَقْعُدْ فِي بَيْتِهِ عَلَى تَكْرِمَتِهِ إِلاَّ بِإِذْنِهِ. [رواه مسلم]Artinya Rasulullah SAW bersabda, "Yang mengimami suatu kaum jamaah itu hendaklah yang paling baik bacaan kitab Allah Al Quran nya. Jika di antara mereka itu sama, maka hendaklah yang paling tahu tentang sunnah, dan apabila di antara mereka sama pengetahuannya tentang as-Sunnah, hendaklah yang paling dahulu berhijrah, dan apabila di antara mereka sama dalam berhijrah, hendaklah yang paling dahulu memeluk Islam'. Dalam riwayat lain disebutkan "Yang paling tua usianya. Janganlah seorang maju menjadi imam shalat di tempat kekuasaan orang lain, dan janganlah duduk di rumah orang lain di kursi khusus milik orang tersebut, kecuali diizinkan olehnya." HR. Muslim.Arti imam secara istilah adalah orang yang memimpin dalam sholat berjamaah. Imam dalam sholat dimaknai sebagai orang yang sholatnya diikuti orang lain dengan syarat-syarat yang telah ditentukan dalam syariat. Sebagaimana dikutip dari Ibnu Abdin dalam kitab dari buku Fikih Empat Madzhab Jilid 2 karya Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi, berikut syarat seorang imam sholat1. Beragama IslamImam yang beragama Islam menjadi salah satu syarat sah dalam sholat berjamaah. Hal ini diamini oleh seluruh ulama dan kaum muslimin. Bagi non muslim yang melaksanakan sholat dan mengaku menjadi seorang muslim, maka sholatnya tidak sah dan harus diulang BalighTidak sah hukum sholat fardhu orang dewasa jika menjadi makmum dari anak kecil yang mumayyiz. Hal ini disepakati oleh imam bersar tiga mazhab. Adapun jika anak kecil yang mumayyiz menjadi imam bagi anak-anak seumurannya, maka sholatnya dianggap Berjenis kelamin laki-lakiMenurut Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi, tidak sah hukum sholat fardhu berjamaah bila dipimpin oleh seorang wanita atau khunsa berkelamin ganda sementara makmumnya ada yang laki-laki. Namun, sah bagi seorang wanita bila dipimpin oleh wanita lainnya atau juga seorang tersebut disepakati oleh tiga mazhab selain mazhab Maliki. Sebab mazhab Maliki melarang keras seorang wanita atau khunsa menjadi imam, siapapun itu Berakal sehatHukumnya menjadi tidak sah bila sholat berjamaah diimami oleh orang hilang kewarasan atau gila."Tidak sah sholat yang dilakukan di belakang mereka orang linglung dan mabuk berdua, sebagaimana tidak sah sholat mereka juga." tulis Syaikh Abdurrahman jika ada orang gila yang terkadang waras dan terkadang tidak, maka sah sholat berjamaah jika dipimpin olehnya saat dalam keadaan syarat menjadi imam sholat berikutnya bisa klik di sini ya Simak Video "Sholat Berjamaah The Power of We" [GambasVideo 20detik]
MENCARIBARANG HILANG DI MASJID. "Di desa kami ada mikrofon besar, bolehkah digunakan untuk mencari barang hilang, baik berupa barang berharga, hewan ternak, atau kehilangan anak kecil, maupun yang lainnya. Apakah ini termasuk dalam hadits mulia, yang maknanya "Barangsiapa yang mencari barang hilang di masjid maka katakanlah : 'semoga Ciri-ciri masjid sunnah manhaj salaf Baca Juga Ciri-ciri masjid bermanhaj salaf1. Suasana tenang tidak ada setel kaset murotal atau sholawatan sebelum dan sesudah Tidak ada tasbih, karena disunnahkan zikir menggunakan Tidak tampak banyak hiasan atau ukiran Tidak ada qunut subuh/5. Tidak ada tradisi bersalaman setelah Shaf rapat dan lurus ketika Tidak ada zikir dan doa bersama sehabis Hati terasa tentram dan damai ketika meninggalkan Banyak kajian diisi, tidak ada provokasi demo dan sebagainya. ﷽ JANGAN ADA BID'AH DI DALAM MASJID . Abu Idris Aidzullah bin Abdillah al-Khaulany rahimahullah berkata . لأن أرى في المسجد ناراً لا استطيع إطفاءها أحب إلي من أن أرى فيه بدعة لا استطيع تغييره. . "Sungguh, aku melihat api di masjid yang aku tidak mampu untuk memadamkannya, itu lebih aku sukai dibandingkan aku melihat bid'ah di dalamnya dalam keadaan aku tidak mampu untuk merubahnya." Al-I'tisham, jilid 1 hlm. 82 Follow akun sosial media Foto Dakwah, klik disini Klik disini untuk sedekah dakwah, untuk membantu dakwah kami Share Artikel Ini Itulahkeempat ciri-ciri haji mabrur yang dapat dilihat pada seseorang yang baru saja melaksanakan ibadah haji. Jika dipahami secara umum, haji mabrur sendiri adalah seseorang yang sepulang dari melaksanakan ibadah haji, dapat menjadi pribadi yang lebih baik, baik pikiran, perkataan, maupun perbuatnnya. Agar menjadi haji yang mabrur, Anda harus Baixe em PDF Baixe em PDF O sinal da cruz é uma prática litúrgica comum de cristãos de várias igrejas, principalmente mas não só da Igreja Ortodoxa Oriental, Católica Romana, Luterana e Anglicana Episcopal. Ele é usado no começo e no fim de orações e cerimônias e, de vez em quando, como uma prática autônoma que expressa um pedido de benção a Deus. Muitos cristãos também fazem o sinal da cruz quando ouvem o nome da Santíssima Trindade. 1Siga essa tradição para o rito latino e em igrejas protestantes. Esse método é mais comum na Igreja Católica Ocidental e nas tradições protestantes que fazem o sinal da cruz, incluindo a maioria das igrejas anglicanas e luteranas.[1] [2] 2 Levante a mão direita. Muitos fiéis fazem o sinal da cruz com a mão aberta, sendo que os cinco dedos lembram as cinco chagas de Cristo. Outros juntam o dedo indicador ao médio e os levantam, o que simboliza a natureza divina e humana de Jesus.[3] O polegar costuma ficar dobrado e tocando o dedo anelar na opção com dois dedos. Existem muitas outras formas de usar a mão para fazer o sinal. Não há uma exigência para posicionar a mão de um determinado jeito, mas a maioria dos líderes incentiva os fiéis a seguirem a tradição da sua congregação, a menos que você tenha um benefício espiritual com alguma outra forma. 3 Encoste as pontas dos dedos da mão direita na testa. O sinal da cruz é feito em muitos contextos, tanto de modo privado quanto na igreja. No começo da prece ou ao se abençoar fora da igreja, ele costuma ser acompanhado pela invocação da Santíssima Trindade. Comece com "Em nome do Pai..."[4] Ou, em latim "In nomine Patris..." 4 Toque o meio do peito. Desça a mão para a região do osso esterno. Diga "do Filho..." Algumas pessoas colocam a mão esquerda no peito durante o sinal e posicionam a mão direita um pouco acima da outra.[5] Em latim "...et Filii..." 5 Toque a parte da frente do ombro esquerdo e diga "E do Espírito... "Em latim "...et Spiritus..." 6 Toque o ombro direito mais ou menos na mesma altura e local, dizendo "...Santo."Em Latim "...Sancti." 7 Diga "Amém". Você pode juntar as muitos países latinos, é comum fazer uma cruz pequena com o polegar veja abaixo e beijá-lo antes de dizer Amém. Nas Filipinas, o gesto evoluiu e acabou se tornando apenas o toque do polegar no queixo. 8 Aprenda a cruz pequena. Alguns dos primeiros cristãos a se abençoarem formavam uma cruz com o polegar e indicador na testa.[6] Hoje em dia, a Igreja Católica Romana faz o mesmo sinal antes de começar a leitura do Evangelho na missa. Faça a cruz pequena na testa primeiro, depois na boca e por último no muitas interpretações para essa bênção. Uma interpretação comum é a que pede para que o fiel se aproxime do Evangelho com a mente aberta, confesse-o com a boca e guarde-o no coração. 9 Faça o sinal da cruz ao entrar na igreja. Se você faz parte do rito latino, é uma tradição fazer o sinal ao entrar na igreja. Mergulhe os dedos na fonte de água benta e depois faça o gesto. Você pode fazer a cruz grande ou a católicos também fazem o sinal da cruz ao passar na frente de uma igreja e depois de receber a comunhão. Publicidade 1Junte o indicador, o polegar e o dedo médio da mão direita. Na igreja Ortodoxa Oriental e nas Igrejas Católicas Bizantinas, a maioria das pessoas faz a benção com três dedos. Os dedos representam as três Pessoas da Trindade reunidas em Deus. Junte os outros dois dedos na palma da mão para representar as duas naturezas de Jesus Cristo o que significa que ele é completamente humano e completamente divino.[7] Essa prática antiga provavelmente se iniciou nos anos 400.[8] 2 Leve a mão da testa até a parte de cima da barriga. Primeiramente, leve a mão à testa e depois desça-a até o plexo solar. Algumas pessoas colocam a mão no peito, assim como na tradição ocidental, mas outras se preocupam que isso possa parecer uma cruz invertida com uma extremidade mais curta a cruz invertida tradicionalmente simboliza humildade, mas é usada por grupos anticristãos.[9] Em vez disso, é possível levar a mão até o chão, o que às vezes é feito na Grande Quaresma da Páscoa ou em momentos de provação.[10] 3Faça a cruz da direita para a esquerda. Diferentemente da tradição latina, a cruz ortodoxa começa no ombro direito e termina no esquerdo. Essa é uma tradição de muitos séculos e, até um momento do passado, era compartilhada pela Igreja ocidental.[11] 4 Recite a benção. Há várias maneiras de fazer isso. Aqui estão dois exemplos, separados por barras para marcar o momento de mover a mão "Senhor / Jesus Cristo / Filho de Deus / tenha piedade de nós."[12] "Minha esperança é o Pai. / Meu refúgio é o Filho. / Minha proteção é o Espírito Santo. / Santíssima Trindade, glória a Ti."[13] Publicidade Dicas As palavras ou "fórmulas" podem ser ditas em voz alta ou em silêncio, dependendo da situação. As Igrejas Ortodoxas do Oriente Médio costumam fazer o sinal da cruz da esquerda para a direita, assim como na tradição ocidental, mas algumas vezes usam a escolha dos dedos da Igreja Bizantina ou das próprias tradições como a do dedo para simbolizar a natureza única de Jesus Cristo. O mesmo se aplica a Igrejas Ortodoxas Bizantinas situadas nesses mesmos países, ou seja, nos ritos alexandrino, armênio e sírio. Publicidade Sobre este guia wikiHow Esta página foi acessada 164 825 vezes.
An-Nisa': 142) . Jika orang munafik pergi ke masjid atau surau, dia menyeret kakinya seakan-akan terbelenggu rantai. Oleh kerana itu, ketika sampai di dalam masjid atau surau dia memilih duduk di shaf yang paling akhir. Dia tidak mengetahui apa yang dibaca imam dalam sholat, apalagi untuk menyimak dan menghayatinya.
Allah berfirman, Hanyalah yang memakmurkan Masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut kepada siapapun selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. QS At-Taubah 918Masjid adalah tempat ibadah umat Islam yang memiliki banyak fungsi. Bukan hanya sekedar menjadi tempat ibadah sebagai keutamaan membangun masjid dalam Islam, tapi juga beberapa fungsi lain yang membuat bangunan ini menjadi begitu istimewa. Berikut adalah beberapa fungsi masjid dalam Islam1. Tempat shalatFungsi utama masjid memang sebagai tempat ibadah. Disinilah tempat umat Islam melaksanakan shalat, baik shalat wajib atau shalat fardhu serta shalat Sunnah. Kata masjid sendiri berasal dari bahasa Arab “sajada, yasjudu, sujûdan”, yang berarti “sujud.”Allah berfirman dalam al-Quran surat al-Jin 72 18 “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping menyembah Allah.”Dari riwayat Jabir bin Abdullah, Rasulullah Saw. bersabda “Telah dijadikan untukku dan untuk umatku bumi sebagai masjid dan sarana penyucian diri.”Baca jugaKewajiban istri terhadap suami dalam islamKewajiban suami terhadap istri Mendidik anak dalam islam hutang dalam islampamer dalam islamhukum bertato dalam islam2. Tempat ibadah lainnyaAllah berfirman dalam surat an-Nur 24 36-37, yang artinya“Bertasbih kepada Allah dimasjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang. Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingat Allah, dan dari membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang di hari itu hati dan penglihatan menjadi goncang. Mereka mengerjakan yang demikian itu supaya Allah memberi balasan kepada mereka dengan balasan yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rizki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.”3. Tempat pendidikanMasjid bukan hanya sekedar tempat melaksanakan ibadah, tapi juga sebagai tempat penyebaran pendidikan atau ilmu. Di masjid, banyak dilakukan kegiatan menambah ilmu seperti dakwah atau Abdullah bin Umar bahwasannya seseorang sedang berdiri di masjid lalu ia bertanya, “Hai Rasulullah, dari arah manakah engkau memerintahkan kami untuk mulai membaca talbiyah dengan suara keras?” Rasulullah SAW menjawab.“Penduduk Madinah membaca talbiyah dengan keras dari daerah Dzul Khulaifah, penduduk Syam dari arah Juhfah, dan penduduk Najd dari Qorn. Abdullah berkata “Telah sampai berita kepadaku bahwa rasulullah bersabda, “Penduduk Yaman membaca talbiyah dengan keras dari arah Yalamlam”. Hadits dikeluarkan oleh Bukhari, Al-Lu’lu’wal Majan, no. 735Baca jugakeutamaan berkurbankeutamaan menjaga lisan dalam islamhukum sholat jumat bagi wanitaciri ciri wanita penghuni nerakahukum meninggalkan shalat jumatciri ciri orang munafik4. Tempat musyawarahMasjid merupakan tempat yang penuh dengan ketenangan sehingga sangat cocok dijadikan sebagai tempat musyawarah. Umat Islam bisa melakukan musyawarah di masjid tentang berbagai perkara dengan lebih tenang karena masjid jauh dari setan yang dapat menimbulkan gangguan saat Tempat pengadilanMasjid yang jauh dari setan merupakan tempat yang tepat untuk mengadakan pengadilan dalam berbagai perkara. Di dalam masjid, masyarakat dapat mengambil keputusan dengan lebih berkata Dep. Agama DIY, 2003 9“Pelaksanaan qadha peradilan di dalam masjid merupakan kebiasaan yang telah lama dijalani, dan dalam mengadili apapun. Halaman masjidnya pun dapat digunakan sebagai tempat duduk agar orang-orang yang lemah, orang-orang musyrik atau wanita yang sedang haidh bisa hadir dan mengikuti acara yang digelar di masjid. Adapun pelaksanaan hudud hukuman tidak boleh dilaksanakan di dalam masjid”.6. Tempat penyambutan utusanDi jaman Rasulullah, masjid juga menjadi tempat menyambut utusan. Salah satunya adalah ketika Rasulullah menyambut utusan dari Nasrani Najran. Ketika itu, jumlah rombongan adalah 60 orang dengan 14 pembesar Nasrani di dipersilakan masuk ke dalam masjid dengan menggunakan jubah kenasranian mereka dan berdialog dengan Rasul mengenai Nabi Isa jugaHujan menurut IslamBunuh Diri dalam IslamMengenal Diri Sendiri Dalam IslamMenghadapi Musibah Dalam IslamCara Agar Hati Tenang7. Tempat penjagaan dan kehidupan sosialDari Utsman bin Yaman, ia berkata, “Ketika para Muhajirin membanjiri kota Madinah tanpa memiliki rumah dan tempat tinggal, maka Rasulullah SAW menempatkan mereka di masjid dan beliau menamai mereka dengan Ashabush Shuffah. Beliau juga duduk bersama mereka dengan sikap yang sangat ramah”. HR. Baihaqi8. Tempat akad nikahSebagaimana kita ketahui bahwa masjid juga sering digunakan sebagai tempat pelaksanaan akad nikah. Banyak pasangan yang memilih untuk melakukan akad nikah di masjid karena kesucian tempat RA berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda “Beritakanlah pernikahan ini dan selenggarakanlah ia di dalam masjid, lalu pukullah rebana-rebana”. HR. Tirmidzi, Al Misykah, juz. II, no. 31529. Tempat latihan perangDari Aisyah RA, ia berkata “Aku melihat Nabi SAW menghalangi pandanganku dengan serbannya, padahal aku sedang memperhatikan orang-orang Habsyi yang sedang bermain-main di masjid, sehingga aku keluar hendak melihat mereka lagi. Aku perkirakan masih suka bermain.” Shahih Bukhari dengan syarah Ibnu Hajar, juz IX, no. 5236.Ibnu Hajar Al Asqalani mengomentari hadits tersebut bahwa yang dimaksud bermain-main di dalam hadits itu adalah “latihan perang”, bukan semata-mata bermain. Tetapi di dalamnya adalah melatih keberanian di medan-medan pertempuran dan keberanian menghadapi musuh”.Sementara itu Ibnu Mahlab berkata, “Masjid merupakan tempat untuk memberi rasa aman kepada kaum muslimin. Perbuatan apa saja yang membuahkan kemanfaatan bagi agama dan bagi keluarganya boleh dilakukan di masjid. Fathul Bari, Ibnu Hajar, juz. II, hlm. 96.10. Tempat pengobatanAisyah RA berkata, “Pada hari terjadinya perang Khandaq, Sa’ad bin Mu’adz mengalami luka-luka karena dipanah oleh seseorang dari kafir Quraisy. Kata Khabban bin Araqah, orang itu memanah Sa’ad pada bagian lehernya. Maka, Nabi SAW membuatkan tenda di masjid agar beliau bisa pulang istirahat dari jarak yang dekat.”Baca jugaSumpah Pocong Dalam IslamPenyebab Terhalangnya Jodoh dalam IslamCara Menghindari Pelet Menurut Islamhukum akad nikah di bulan ramadhan11. Tempat perlindunganMasjid juga menjadi tempat paling baik untuk berlindung, baik dari bencana maupun serangan. Ketika musibah datang, masjid yang bangunannya lebih kokoh dibandingkan bangunan lain menjadi tempat perlindungan yang paling aman. Masjid juga akan selalu dilindungi oleh Allah Tempat pembelaan agamaMasjid adalah wadah umat Islam dimana di dalamnya berisikan orang-orang yang akan selalu membela agama Allah. Masjid menjadi tempat pusat penyebaran agama Islam yang tidak akan pernah 12 fungsi masjid dalam Islam. Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi 5/12 dan 277, Ibnu Majah no. 802, Ahmad 3/68 dan 76 dan al-Hakim 1/322 dan 2/363 dari Abu Sa’id al-Khudri radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda “Jika engkau melihat seorang hamba yang selalu mengunjungi masjid maka persaksikanlah keimanannya”.Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Diantara ciri mereka juga adalah mengganggu dan menyakiti Nabi ﷺ dengan ucapan dan perbuatan. Mereka membenci Nabi dan mengolok-olok beliau. Melemparkan tuduhan terahdap Sunnah dan petunjuknya. Juga mengejek orang-orang yang berpegang teguh dengan ajaran Nabi ﷺ. Khususnya mengejek sahabat-sahabat beliau ﷺ.
auliasuciw auliasuciw 1. atapnya semakin ke atas semakin kecil, terdiri dari bilangan ganjil 3,5,72. tidak adanya menara seperti masjid sekarang3. adanya kentongan dan bedug4. adanya tiang sebagai penyangga masjid Iklan Iklan mlahasbi mlahasbi 1. tiang penyangga nya terbuat dari kayu2. memiliki ruangan kecil3. tiang yg kurang kokoh4. atapnya berbentuk tumbang Iklan Iklan
CIRICIRI KAUNSELOR DAN PENDEKATAN KAUNSELING ISLAM** masjid-masjid. Masa berlalu dan masyarakat menjadi bertambah kompleks. al-hadis, sunnah Rasullah s.a.w dan ijmak ulama sebagai panduan Conheça a importância do sinal da cruz para o cristão O sacrifício de Jesus Cristo é o sinal maior do amor de Deus por nós. Para que pudéssemos nos ver livres do pecado, Aquele que viveu livre dele foi condenado e crucificado, e, em Seu sacrifício, traçou sobre o mundo o sinal da cruz. Nas Palavras do Papa Francisco, “a cruz de Jesus é a nossa única esperança verdadeira! Eis por que a Igreja exalta’ a santa cruz, e eis por que nós cristãos abençoamos com o sinal da cruz”. Podemos ler, nos Evangelhos de Lucas e Mateus, o convite dirigido a nós por Jesus “Negue-se a si mesmo, tome a sua cruz” Mt 16,24 e Lc 9,23. Traçar sobre nosso corpo esse sinal é professar nossa fé sem palavras. Foto Daniel Mafra/ Em que momentos podemos ou devemos fazer o sinal da cruz? Na celebração da Santa Missa, em observância ao rito litúrgico, há momentos em que o sinal da cruz se apresenta como obrigatório, como se faz no início e ao fim da celebração. Também é traçado o sinal da cruz em reverência à leitura do Evangelho, com o polegar da mão direita, sobre si mesmo, na testa, na boca e no peito. Nesses momentos, ao traçar sobre o corpo o sinal da cruz, que se faça com a devida devoção, eis que é na sagrada liturgia que se opera a santificação dos homens e na qual, por meio de sinais sensíveis, prestamos o culto público de Deus. E a todo momento, em nosso cotidiano, ao professar a fé pelo sinal da cruz, lembremo-nos das palavras de São Paulo “De fato, Cristo não me enviou para batizar, mas para anunciar o Evangelho, sem recorrer à sabedoria da linguagem, a fim de que não se torne inútil a cruz de Cristo, pois a linguagem da cruz é louca para aqueles que se perdem. Mas para aqueles que se salvam, para nós, é poder de Deus” 1Cor 1,17-18. Professar a fé sem palavras é expressão sutil e humilde de devoção e não deve ser empregue sem a adequada veneração, sob o risco de fazê-lo de modo supersticioso. Com efeito, não há obrigatoriedade em traçar o sinal da cruz ao passar por uma igreja, o que não diminui seu significado. É que, no Cerimonial dos Bispos, no número 110, verifica-se a citação de uma antiga prática cristã no uso da água benta, que diz “Seguindo louvável costume, todos, ao entrar na igreja, molham a mão na água benta, contida na respectiva pia, e fazem com ela o sinal da cruz, como recordação do seu próprio batismo”. Daí, verifica-se o costume de muitas pessoas em traçar o sinal da cruz ao entrar na igreja, que, em sinal de respeito e devoção, foi se estendendo para o exterior do templo, até que tomou a forma que vemos muitos cristãos praticarem atualmente, de traçar sobre si o sinal da cruz ao passar na frente de uma igreja. Leia mais . Qual é o verdadeiro significado do sinal da cruz? . A cruz representa Cristo e o amor que Ele tem por nós . Oração a Santa Cruz . As virtudes ocultas da santa cruz Faça o sinal da cruz Certos de que a força de Deus nos acompanha em nossas provações diárias, façamos do sinal da cruz um gesto de fortalecimento e profissão de fé, atentos para que sempre que o traçarmos, seja com o coração repleto de devoção. Como nos ensina o Santo Papa João Paulo II “Quem quer que seja que acolha Deus em Cristo, acolhe-O mediante a cruz. E quem acolheu Deus em Cristo, exprime isso mesmo mediante esse sinal quem O aceitou, efetivamente, benze-se com o sinal da cruz sobre a fronte, sobre os ombros e sobre o peito, para manifestar e para professar que, na cruz, encontra-se de novo totalmente a si mesmo, alma e corpo, e que com este sinal abraça e aperta ao peito Cristo e o seu reino”. REFERÊNCIAS A BÍBLIA SAGRADA. Edição Pastoral. 86 ed. São Paulo Paulus. 2012. PAPA FRANCISCO. Angelus. 14 set. 2014. Disponível em PAPA JOÃO PAULO II. Palavras no final da via-sacra. 4 abr. 1980. Disponível em SAGRADA CONGREGAÇÃO PARA O CULTO DIVINO. Cerimonial dos Bispos. Cerimonial da Igreja.
  • Иጿ թ
    • О жοф аηυшегаκ
    • ዖկуγ վуц
  • ቩηωηудብ чէρቷքувсաጲ ολурըглንлե
  • Оψусезቆтр ቺοтխ
  • ሁ цаναձ оπ
Nah agar tidak salah pilih masjid berkut adalah beberapa ciri-ciri masjid Wahabi yang berstempel "Masjid Sunnah" padahal hanya untuk menipu umat. 1. Masjid Wahabi anti tilawah, shalawat, murattal atau puji-pujian, setelah adzan, karena menurut mereka itu adalah bid'ah. Wahabi akan merasa terganggu dengan suara bacaan Al-Qur'an. Gencarnya dakwah Wahabi memang cukup meresahkan. Gerakan mereka hampir berada di segala lini baik di dunia maya maupun dunia nyata. Salah satu keberhasilan mereka di dunia nyata yaitu merebut masjid-masjid yang dimiliki oleh kelompok Ahlussunnah atau mendirikan masjid sendiri sesuai dengan standart Wahabi senang dagangan sunnah, masjidpun mereka stempel dengan kata sunnah untuk mencari jamaah. Dengan stempel sunnah, masjid tersebut mereka anggap sebagai masjid yang sesuai ajaran luar setempel masjid sunnah, berarti masjid lain atau masjid yang tidak ada contoh dari Nabi, Tentunya yang mereka anggap masjid bid’ah adalah masjid Aswaja. Lebih khususnya masjid agar tidak salah pilih masjid berkut adalah beberapa ciri-ciri masjid Wahabi yang berstempel “Masjid Sunnah” padahal hanya untuk menipu Masjid Wahabi anti tilawah, shalawat, murattal atau puji-pujian, setelah adzan, karena menurut mereka itu adalah bid’ah. Wahabi akan merasa terganggu dengan suara bacaan Al-Qur’ bacaan shalawat atau puji-pujian setelah adzan adalah bid’ah tercela? Al-Hafizh as-Sakhawi berkataوَقَدِ اخْتُلِفَ فِيْ ذَلِكَ هَلْ هُوَ مُسْتَحَبٌّ أَوْ مَكْرُوْهٌ أَوْ بِدْعَةٌ أَوْ مَشْرُوْعٌ وَأسْتُدِلَّ لِلأَوَّلِ بِقَوْلِهِ تَعَالىَ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ ، وَمَعْلُوْمٌ أَنَّ الصَّلاَةَ وَالسَّلاَمَ مِنْ أَجَلِّ الْقُرَبِ لاَ سِيَّمَا وَقَدْ تَوَارَدَتْ اْلأَخْبَارُ عَلىَ الْحَثِّ عَلىَ ذَلِكَ مَعَ مَا جَاءَ فِي فَضْلِ الدُّعَاءِ عَقِبَ اْلأَذَانِ وَالثُّلُثِ اْلأَخِيْرِ مِنَ اللَّيْلِ وَقُرْبِ الْفَجْرِ وَالصَّوَابُ أَنَّهُ بِدْعَةٌ حَسَنَةٌ يُؤْجَرُ فَاعِلُهُ بِحُسْنِ نِيَّتِهِ. الحافظ السخاوي، القول البديع في الصلاة على الحبيب الشفيع، 280.“Pembacaan shalawat menjelang shalat tersebut diperselisihkan, apakah dihukumi sunnah, makruh, bid’ah, atau disyari’atkan? Pendapat yang pertama berdalil dengan firman Allah “Kerjakanlah semua kebaikan.” Telah dimaklumi bahwa membaca shalawat dan salam termasuk ibadah sunnah yang paling agung, lebih-lebih telah datang sekian banyak hadits yang mendorong hal tersebut, serta hadits yang datang tentang keutamaan berdoa setelah adzan, sepertiga malam dan menjelang fajar. Pendapat yang benar adalah, bahwa hal tersebut bid’ah hasanah kreativitas bagus, yang pelakunya diberi pahala dengan niatnya yang baik.” Al-Hafizh as-Sakhawi, al-Qaul al-Badi’, hal. 280.2. Wahabi menganggap bahwa meluruskan shaf saat shalat harus dengan menempel antar kaki jamaah. Kalau belum menempel maka dianggap shalatnya tidak benarkah kesempurnaan shalat dilihat dari menempelnya kaki antar jamaah sebagaimana anggapan Wahabi? Tidak benar, sebab dalam riwayat yang menempelkan kaki hanya seorang sahabat. Tidak semua sahabat nabi melakukannya. Berikut dalilnyaحَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ خَالِدٍ قَالَ حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ عَنْ حُمَيْدٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ فَإِنِّي أَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِي وَكَانَ أَحَدُنَا يُلْزِقُ مَنْكِبَهُ بِمَنْكِبِ صَاحِبِهِ وَقَدَمَهُ بِقَدَمِهِ»Dari Anas bin Malik dari Nabi Muhammad shallallah alaih wasallam ”Tegakkanlah shaf kalian, karena saya melihat kalian dari belakang pundakku.” Ada seorang di antara kami yang menempelkan bahunya dengan bahu temannya dan telapak kaki dengan telapak kakinya.HR. Al-Bukhari3. Masjid Wahabi tidak terdapat tasbih karena mereka menganggap bahwa biji tasbih adalah tasyabbuh bil kuffar menyerupai orang kafir dan tak ada contohnya dari klaim Wahabi bahwa memakai tasbih menyerupai orang kafir? Mufti al-Azhar, Syekh Athiyah Shaqr menjawabﻭﺇﻟﻰ ﺟﺎﻧﺐ ﺇﻗﺮاﺭ اﻟﻨﺒﻰ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻟﻬﺬا اﻟﻌﻤﻞ ﻭﻋﺪﻡ اﻹﻧﻜﺎﺭ ﻋﻠﻴﻪ، اﺗﺨﺬ ﻋﺪﺩ ﻣﻦ اﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻭاﻟﺴﻠﻒ اﻟﺼﺎﻟﺢ اﻟﻨﻮﻯ ﻭاﻟﺤﺼﻰ ﻭﻋﻘﺪ اﻟﺨﻴﻂ ﻭﻏﻴﺮﻫﺎ ﻭﺳﻴﻠﺔ ﻟﻀﺒﻂ اﻟﻌﺪﺩ ﻓﻰ اﻟﺘﺴﺒﻴﺢ ﻭﻟﻢ ﻳﺜﺒﺖ ﺇﻧﻜﺎﺭ ﻋﻠﻴﻬﻢ“Di samping Nabi menyetujui terhadap Sahabat yang membaca tasbih dengan batu kecil [HR Abu Dawud] serta Nabi tidak mengingkarinya, ternyata ada banyak Sahabat dan ulama Salaf yang menjadikan batu, kerikil, dan pintalan tali sebagai sarana untuk menghitung bacaan tasbih, dan mereka tidak mengingkarinya.”4. Wahabi mengharamkan Qunut Shubuh karena menurut Wahabi itu adalah bid’ah yang tercela. Lantas benarkah Qunut shubuh hukumnya bid’ah tercela sebagaimana tuduhan Wahabi?عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ مَا زَالَ رَسُولُ اللهِ يَقْنُتُ فِي الْفَجْ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا رواه أحمد والدارقطني“Diriwayatkan dari Anas Ibn Malik. Beliau berkata, “Rasulullah Saw senantiasa membaca qunut ketika shalat subuh sehingga beliau wafat.” Musnad Ahmad bin Hanbal, juz III, hal. 162 [12679], Sunan al-Daraquthni, juz II, hal. 39 [9].5. Masjid Wahabi tidak ada kaligrafi, karena mereka sangat alergi dengan tulisan seperti itu. Alasan mereka karena Rasulullah Saw tidak pernah mengajarkan kaligrafi sehingga itu adalah bid’ah menurut ulama Syafi’iyah, kaligrafi pada masjid tidak haram selagi dalam batas kewajaran sebagaimana merujuk pada sejarahKhalifah Umar bin Abdul Aziz yang menjadi khalifah dari tahun 99 H hingga 101 H/717 M hingga 720 M, beliau telah memperluas bangunan masjid Nabawi di Madinah, dan mengarahkan agar ditulis ayat-ayat Al-Quran dengan emas di sepanjang dinding mihrab masjid tersebut. Dan faktanya disana sampai sekarang baik-baik Di Masjid Wahabi tidak ada tradisi salam-salaman setelah shalat karena hal tersebut juga dianggap bid’ah yang bertentangan dengan syariat. Benarkah salaman setelah shalat adalah tradisi tercela sebagaimana menurut Wahabi?عَنْ سَيِّدِنَا يَزِيْد بِنْ اَسْوَدْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّهُ صَلَّى الصُّبْحَ مَعَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَليْهِ وَسَلّمْ. وَقالَ ثُمَّ ثَارَ النَّاسُ يَأخُذوْنَ بِيَدِه يَمْسَحُوْنَ بِهَا وُجُوْهَهُمْ, فَأَخَذتُ بِيَدِهِ فَمَسَحْتُ بِهَا وَجْهِيْ.رواه البخارى“Diriwayatkan dari sahabat Yazid bin Aswad bahwa ia shalat subuh bersama Rasulallah, lalu setelah shalat para jamaah berebut untuk menyalami Nabi, lalu mereka mengusapkan ke wajahnya masing-masing, dan begitu juga saya menyalami tangan Nabi lalu saya usapkan ke wajah saya.” Bukhari, hadits ke 33607. Masjid Wahabi tidak ada do’a bersama. Karena menurut mereka do’a bersama adalah bid’ah yang tidak ada dasarnya dalam Al-Qur’an serta tuntunannya dari Nabi Saw. Apakah tepat pendapat Wahabi tersebut?عَنْ حَبِيْبِ بْنِ مَسْلَمَةَ الْفِهْرِيِّ وَكَانَ مُجَابَ الدَّعْوَةِ رضي الله عنه قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ لاَ يَجْتَمِعُ قَوْمٌ مُسْلِمُوْنَ يَدْعُوْ بَعْضُهُمْ وَيُؤَمِّنُ بَعْضُهُمْ إِلاَّ اسْتَجَابَ اللهُ دُعَاءَهُمْ. رواه الطبراني في الكبير و الحاكم في المستدركArtinya Dari Habib bin Maslamah al-Fihri RA –beliau seorang yang dikabulkan do’anya-, berkata “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda “Tidak lah berkumpul suatu kaum Muslimin, lalu sebagian mereka berdo’a, dan sebagian lainnya mengucapkan amin, kecuali Allah pasti mengabulkan do’a mereka.” HR. al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir, dan al-Hakim dalam al-Mustadrak.Dari sini jelas bahwa klaim Masjid Sunnah hanyalah akal-akalan kelompok Wahabi saja yang tujuannya untuk menarik perhatian jamaah awam. Padahal sejatinya masjid merekalah yang sangat jauh dari kata sunnah. Wallahua’lam
BerandaDownload Kajian Ustadz Abu Ya'la Kurnaedi Al-Ishbah Ciri-Ciri Ahlul Bid'ah. Ciri-Ciri Ahlul Bid'ah yang disampaikan oleh: Ustadz Abu Ya'la Kurnaedi, Lc. dalam pembahasan Kitab " Al-Ishbah fi Bayani Manhajis Salaf fi Tarbiyah wal Ishlah " karya Syaikh Abdullah bin Shalih Al-'Ubailan hafidzahullah . Kajian ini disampaikan

– Seruan akan ciri-ciri masjid sunnah menyebar. Pertanyaannya kalau tidak masuk kategori itu terus gimana? Jadi masjid makruh?Gara-gara melihat sebuah campaign kalau bisa disebut demikian tentang “Ciri-Ciri Masjid Sunnah” yang cukup banyak menyebar di media sosial, saya jadi teringat kisah seorang Arab Badui yang kedapatan kencing di masjid sekali lagi, kencing di Masjid saja para sahabat sempat dibikin berang. Sayyidina Umar bahkan sudah hampir menghunus pedangnya. Untung, Nabi Muhammad mencegahnya. Orang badui itu dibiarkan Nabi sampai benar-benar purna membuang sahabat pun terpaksa bergeming di tempatnya masing-masing. Wajar kalau mereka menggerutu. Ini masjid. Kehormatan mereka sebagai orang Islam tentu terjun ke jurang Palung Mariana yang ya gimana, Nabi sendiri yang bilang bahwa, “Biarkanlah ia, dan siramkanlah di atas air kencingnya satu timba air atau seember air, karena sungguh kalian diutus untuk memberi kemudahan dan tidak diutus memberikan kesulitan.” BukhariSikap Nabi SAW yang membiarkan orang kencing di masjid itu jelas bukan tanpa alasan. Buktinya, orang yang bersangkutan tetap diajak bicara oleh Nabi, lalu diberi pengertian, dan tersadar bahwa ia memang telah salah tempat hari ini, jangankan “mengencingi” masjid, tasbih atau bersalaman di masjid pun sekarang bisa dikategorikan sebagai sesuatu yang lebih buruk dari itu. Setidaknya itu kesan yang saya dapat ketika menyaksikan kampanye ciri-ciri masjid sunnah seperti di bawah itu, saya rasa ciri-ciri masjid sunnah telah mengalami degradasi identitas dan bahkan secara ironi direduksi menjadi masjid yang “tidak-tidak”. Tidak boleh ini. Tidak boleh horornya rumah ibadah yang sedikit-sedikit kok nggak boleh. Wong abis salat ngecek hengpon saja boleh kok. Mau ngeceknya sambil salto juga boleh. Masak malah salaman, zikir pakai tasbih, puji-pujian, wa akhwatuha jadi nggak boleh dilakukan usai salat?Melihat kampanye yang “tidak-tidak” begitu, saya rasa ini menandakan masjid sudah ter-institusi-kan menjadi suatu tempat yang eksklusif. Hanya boleh untuk kegiatan-kegiatan tertentu. Wabilkhusus kelompok tidak masalah sih kalau itu masjid sunnah seperti itu hanya untuk mengakomodasi suatu daerah tertentu yang kebetulan jamaahnya begitu semua. Baru jadi masalah itu justru karena pemakaian diksi “sunnah”-nya. Klaim penggunaan diksi inilah yang sejatinya cukup istilah “masjid sunnah” itu agak wagu sih. Ibaratnya kayak menang-menangan main klaim. Lah iya dong. Hakok kesunahan Nabi jadi klaim kelompok ini, sehingga mereka layak menjadi penentu?Dalam kasus masjid sunnah ini, penggunaan klaim ini seolah-olah menunjukkan bahwa masjid yang lain jadi tidak tidak pakai istilah “masjid salaf” saja? Yang sesuai dengan identitas penggagasnya? Kenapa harus sembunyi-sembunyi berlindung di balik suatu klaim sunnah begitu? Lagian kalau memang isi kampanyenya tidak ada yang salah, kenapa malu dengan identitas diri?Terlepas dari main klaim masjid sunnah yang tidak-boleh-ini-tidak-boleh-anu, masjid secara filosofis maknanya sebenarnya bisa lebih luas.“Ju’ilat lana al-ardh kulluha masjidan,” kata Nabi. Bumi itu masjid. Masjid itu tempat sujud. Jadi, segala tempat yang bisa dipakai untuk bersujud, itulah ini agak berbeda dengan umat terdahulu, jauh sebelum era Nabi Muhammad. Di masa Nabi Musa syariat beribadah itu meniscayakan sebuah bangunan. Ya, literally bangunan. Ada bentuknya, ada wujudnya, dan mungkin ada cakar ayamnya—meski waktu itu belum ada kalau dibandingkan tempat ibadah umat Nabi Musa, syarat infrastruktur peribadatan umat Nabi Muhammad jauh lebih longgar. Ya iya dong, ini menjadikan segala penjuru bumi ini sebagai masjid jeh. Bisa dipakai buat salat di mana saja asal secara fikih suci tempat, suci pakaian.Hanya saja, sesuatu yang substantif-esensialis itu tetaplah butuh wadah agar membumi dan bisa dikenali sebagai identitas suatu kelompok keagamaan. Makanya, masjid kemudian dibutuhkan bangunannya. Didirikan oleh umat fungsi masjid itu sebenarnya lebih kental urusan sosialnya ketimbang urusan habluminallah-nya. Agar salat jamaah bisa bareng-bareng di sana. Berinteraksi sesama muslim di sana. Dan merajut tenun perbedaan di kenapa, ketika suatu masjid sebagai bangunan fisik telah berdiri, maka bangunan ini auto menjadi bagian dari artefak kebudayaan yang bersentuhan dengan masyarakat di sekitarnya secara langsung. Tanpa persentuhan itu, ya masjid yang barusan dibangun itu bakal jadi bangunan yang “mati”.Dan ketika sebuah masjid tak punya pertalian batin dengan masyarakat di sekitarnya, ya ia tak lebih dari seperti “berhala”. Bukan ibadahnya yang dipentingkan, tapi justru tempat ibadahnya yang “disembah”. Masjid sebagai tempat sesembahan saja, bukan tempat untuk menghidupkan manusia atau menghidupkan pertalian dengan masyarakat ini begitu kental, itu yang jadi sebab kenapa masjid-masjid di tempat saya tinggal di Sleman jelas akan berbeda dengan bangunan masjid di Madinah. Baik secara arsitekturnya, maupun kebiasan masyarakat dalam berinteraksi dengan sekalipun di Sleman ada masjid yang agak mirip dengan Masjid Nabawi. Salah satunya adalah Masjid Suciati, di bilangan Gito-Gati, Sleman. Meski secara fisik hampir sama, kultur keduanya tetaplah berbeda. Minimal letak perbedaan itu ada di wilayah keamanan. Masjid Nabi dijaga askar, Masjid Suciati mempekerjakan aspek sosial masjid jauh lebih fundamental ketimbang aspek ibadah individualnya, makanya kebudayaan masjid harusnya bisa inklusif dan toleran dengan seperti pada masa Nabi, masjid merupakan pusat peradaban umat muslim. Di dalamnya ada agenda sosial, ekonomi, intelektual, dan tentu saja ibadah. Itulah kenapa pendirian sebuah masjid harus seirama dengan karakter masyarakat masjid tidak boleh mengikuti ego atau keangkuhan, apalagi berdasarkan kesewenang-wenangan, dalih menang-menangan, atau main klaim-klaiman. Ini yang masjid sunnah, ini yang bukan. Bukan di Indonesia barangkali tidak semeriah hari ini jika para misionaris muslim awal berpikiran bahwa bentuk masjid harus mutlak mengikuti gaya arsitektur Timur Tengah, tempat muasal agama Islam. Berikut juga dengan segala hari ini kita bisa melihat betapa Masjid Menara Kudus tetap mengumandangkan azan, kendati bentuk fisiknya menyerupai bangunan yang identik dengan umat Hindu. Pun, Masjid Agung Kauman di Yogyakarta yang tetap lestari dengan tradisi di sini, di Korea sana, bahkan ada masjid yang berdiri di atas klub malam. Anggaplah bangunannya memang berlantai-lantai. Ketika umat Muslim mau berangkat sembahyang, sangat mungkin yang mereka lihat pertama kali bukan tempat wudu atau padasan, tetapi mau menang-menangan apakah itu masuk kategori masjid sunnah atau tidak? Hayaaa sepertinya begitu, kalau Anda panjenengan semua ingin beneran mencari ciri-ciri masjid sunnah yang pahalanya bisa berlipat-lipat jika sembahyang di sana, ya cuma ada di tiga tempat Masjid al-Haram di Makkah, Masjid Nabawi di Madinah, dan Masjid al-Aqsha di soal itu, dalilnya jelas dan absolute.“Terus gimana kalo nggak ada duit buat ke sana?”Waitu… sama. jelas, kalo panjenengan mau cari referensi masjid yang asyik dan lumrah bagi Islam di Indonesia, pastikan bahwa rumah ibadah itu bukan masjid yang “tidak-tidak”. Kata “tidak” itu berarti menegasi atau mengeksklusi. Btw, itu masjid apa form vaksinasi? Kok banyak tidaknya?BACA JUGA Dia Sakit dan Kamu Sibuk Membangun Masjid atau tulisan ESAI Anwar KurniawanEditor Ahmad KhadafiTerakhir diperbarui pada 17 Januari 2022 oleh Ahmad Khadafi

h3Cmu.
  • 2hd96kjaau.pages.dev/161
  • 2hd96kjaau.pages.dev/530
  • 2hd96kjaau.pages.dev/904
  • 2hd96kjaau.pages.dev/207
  • 2hd96kjaau.pages.dev/701
  • 2hd96kjaau.pages.dev/598
  • 2hd96kjaau.pages.dev/966
  • 2hd96kjaau.pages.dev/979
  • 2hd96kjaau.pages.dev/462
  • 2hd96kjaau.pages.dev/259
  • 2hd96kjaau.pages.dev/223
  • 2hd96kjaau.pages.dev/512
  • 2hd96kjaau.pages.dev/730
  • 2hd96kjaau.pages.dev/867
  • 2hd96kjaau.pages.dev/836
  • ciri ciri masjid sunnah